Fenomena Penggunaan AI di Kalangan Mahasiswa

Minggu, 16 Maret 2025 07:40 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi orang menulis di buku
Iklan

Perubahan cara berpikir mahasiswa dalam proses kreatif merupakan dampak langsung dari berkembangnya kecerdasan buatan (AI) dalam dunia akademik.

Perubahan Cara Berpikir Mahasiswa dalam Proses Kreatif

Perubahan cara berpikir mahasiswa dalam proses kreatif merupakan dampak langsung dari berkembangnya kecerdasan buatan (AI) dalam dunia akademik. Sebelum AI menjadi alat yang umum digunakan, mahasiswa lebih banyak mengandalkan metode tradisional dalam menggali ide dan menyusun karya kreatif. Mereka melakukan riset secara manual, membaca berbagai literatur, berdiskusi dengan dosen atau teman sejawat, serta melalui proses refleksi yang mendalam untuk menghasilkan gagasan yang orisinal. Proses ini membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan, tetapi sekaligus melatih mahasiswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, serta mengembangkan pola pikir inovatif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks.

Kemajuan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah pola berpikir mahasiswa dalam menghasilkan ide-ide kreatif. Dengan adanya teknologi AI yang dapat menghasilkan teks, gambar, dan bahkan ide secara instan, mahasiswa semakin bergantung pada alat digital dalam proses berpikir kreatif. Menurut artikel yang berjudul "AI di Perkuliahan: Membantu atau 'Mem-buntukan' Mahasiswa?" penggunaan AI yang tidak terkendali berisiko menurunkan daya kritis mahasiswa dan membuat mereka kurang terbiasa dengan tantangan berpikir mandiri. (Pratama, 2024)

Di sisi lain, AI juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk lebih leluasa dalam mengeksplorasi kreativitas mereka. Dengan adanya teknologi ini, mahasiswa dapat dengan cepat mengakses referensi, merancang sketsa ide, serta mengembangkan proyek kreatif dalam waktu yang lebih efisien. Penelitian menunjukkan bahwa AI memungkinkan mahasiswa mendapatkan sumber daya akademik dan artistik yang lebih beragam, sehingga dapat memperkaya wawasan mereka dalam proses kreatif (Salsabila dkk, 2023). 

Maka dari itu jelas menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam dunia akademik telah meningkat pesat dan memberikan dampak signifikan terhadap pola pikir mahasiswa. Meskipun hasil survei tersebut menunjukkan bahwa AI dapat memperkaya kreativitas dan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dengan lebih efisien, ada kekhawatiran besar mengenai dampak negatifnya terhadap daya kritis dan kemandirian berpikir. Hal ini sejalan dengan laporan CNN Indonesia (2024) yang mempertanyakan, Apakah keseringan pakai AI bikin orang malas berpikir?

Fenomena ini menimbulkan dilema akademik, di satu sisi survei menunjukkan bahwa mahasiswa merasa terbantu dengan AI, namun di sisi lain, masih banyak perdebatan mengenai apakah mereka benar-benar mengembangkan kreativitasnya atau justru menjadi semakin bergantung pada teknologi. Jika tren ini terus berlanjut tanpa adanya regulasi dan kesadaran kritis, bukan tidak mungkin kreativitas mahasiswa justru akan mengalami stagnasi di tengah kemajuan teknologi.

Perbandingan Kreativitas Mahasiswa Sebelum dan Sesudah AI Populer

Sebelum era AI, kreativitas mahasiswa berkembang melalui pengalaman praktis, diskusi mendalam, dan riset yang menantang mereka untuk memecahkan masalah secara mandiri. Proses ini memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide orisinal yang lahir dari pemikiran internal mereka, bukan sekadar meniru atau mengadaptasi dari sistem yang sudah ada. Hal ini sejalan dengan gagasan bahwa kreativitas sejati melibatkan perjalanan intelektual yang mendalam, bukan hanya sekadar hasil akhir.

Namun, kehadiran AI telah mengubah cara mahasiswa berkreasi secara signifikan. AI kini digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis konten, mulai dari teks akademik hingga komposisi musik, dalam waktu yang sangat singkat. Dampaknya, muncul pertanyaan mengenai orisinalitas kreativitas yang dihasilkan. Apakah karya tersebut benar-benar merupakan produk pemikiran mahasiswa, atau sekadar hasil dari pemrosesan algoritma? Walaupun AI dapat membantu mahasiswa mencapai hasil yang lebih baik, ada risiko bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami proses berpikir yang mendasari penciptaan karya kreatif yang autentik.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Tirto bersama Jakpat pada 21-27 Mei 2024 terhadap 1.501 responden pelajar berusia 15-21 tahun, yang terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa, ditemukan bahwa mayoritas dari mereka telah mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dalam proses belajar mereka. Sebanyak 86,21% responden mengaku menggunakan AI setidaknya sekali dalam sebulan untuk menyelesaikan tugas akademik mereka. Dari jumlah tersebut, 30,65% responden menggunakannya beberapa kali dalam sebulan, sementara 14,72% hanya menggunakannya sesekali.

Pemanfaatan AI di kalangan pelajar dan mahasiswa mencakup berbagai aktivitas akademik, mulai dari merangkum artikel dan jurnal, membantu penulisan esai atau makalah, mengumpulkan informasi, hingga menerjemahkan teks. Selain itu, 24,11% responden mengaku menggunakan AI untuk membantu mereka dalam menyelesaikan tugas matematika atau statistik. Hasil survei ini menunjukkan bahwa penggunaan AI di dunia pendidikan semakin marak dan merata, dengan teknologi ini menjadi alat bantu yang banyak diandalkan mahasiswa untuk meningkatkan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik mereka.

Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memanfaatkan AI secara bijak dan aktif. AI sebaiknya digunakan sebagai alat bantu untuk eksplorasi ide, bukan sebagai pengganti proses berpikir kreatif itu sendiri. Dengan menyeimbangkan penggunaan AI dan eksplorasi ide secara manual, mahasiswa dapat memanfaatkan AI sebagai katalis untuk mempercepat inovasi, sambil tetap menjaga aspek reflektif dan analitis yang penting dalam proses kreatif.

 

Tantangan dan Peluang Kreativitas Mahasiswa di Era AI

Untuk memaksimalkan manfaat AI tanpa mengorbankan kreativitas, mahasiswa harus mengadopsi pendekatan yang bijak dalam penggunaannya. AI seharusnya dilihat sebagai alat bantu yang dapat menginspirasi dan mempercepat proses kreatif, bukan sebagai pengganti kemampuan berpikir manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Florida (2002), "Kreativitas adalah inti dari ekonomi modern, dan teknologi harus digunakan untuk memperkuatnya, bukan menggantinya." Dengan demikian, mahasiswa perlu mengintegrasikan eksplorasi manual dan pemikiran kritis dalam penggunaan AI, sehingga mereka tetap dapat menghasilkan karya yang orisinal dan autentik.

Pendidikan memiliki peran krusial dalam membimbing mahasiswa untuk menggunakan AI dengan cara yang seimbang. Kurikulum yang menekankan berpikir kritis, eksperimen, dan inovasi dapat membantu mahasiswa memahami batasan AI serta cara memanfaatkannya untuk mendukung perkembangan kreativitas mereka. Menurut Runco & Jaeger (2012), "Kreativitas bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses berpikir dan eksplorasi yang menyertainya." Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk mengajarkan cara berpikir kreatif bersamaan dengan pemanfaatan teknologi, agar mahasiswa dapat menjaga keseimbangan antara inovasi dan orisinalitas.

  • Dampak Positif

Kemajuan AI memberikan berbagai keuntungan bagi mahasiswa dalam proses berpikir kreatif. Dengan bantuan AI, mahasiswa dapat dengan mudah mengakses berbagai sumber daya, mendapatkan inspirasi baru, serta mempercepat proses eksplorasi ide. Misalnya, AI dapat membantu mahasiswa desain grafis dalam membuat sketsa awal atau mahasiswa sastra dalam merancang konsep cerita yang lebih kompleks. Hasil survei yang dilakukan oleh Salsabila dkk. (2023) menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa merasa terbantu dengan AI karena dapat menghemat waktu dalam pencarian informasi dan penyusunan tugas akademik. Hal ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi besar untuk memperluas wawasan dan mempercepat inovasi di kalangan mahasiswa.

  • Dampak Negatif

Namun, di sisi lain, penggunaan AI yang tidak terkendali dapat membawa dampak negatif yang signifikan. Salah satu risiko utama adalah menurunnya daya kritis mahasiswa akibat ketergantungan pada teknologi. Studi yang dilakukan oleh Pratama (2024) mengungkapkan bahwa sebagian mahasiswa cenderung hanya menerima hasil dari AI tanpa melakukan analisis lebih lanjut, sehingga mengurangi kemampuan berpikir mandiri dan reflektif. Bahkan, CNN Indonesia (2024) dalam artikelnya menyoroti pertanyaan penting: "Apakah keseringan pakai AI bikin orang malas berpikir?" Pertanyaan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa jika AI terus digunakan tanpa batasan yang jelas, mahasiswa berisiko kehilangan kreativitas dan kemampuan problem-solving yang esensial dalam dunia akademik dan profesional.

Sebagai contoh, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam arXiv menemukan bahwa pelajar yang lebih sering mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas pemrograman cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu dalam pengembangan dan penyempurnaan solusi dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif terlibat dalam proses tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian berlebihan pada AI dapat mengurangi keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah yang mendalam, yang merupakan komponen penting dari pemikiran kritis (Zhong dkk, 2024).

Solusi untuk Menyeimbangkan Penggunaan AI dan Kreativitas Mahasiswa

Untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan secara optimal tanpa mengurangi kreativitas mahasiswa, institusi pendidikan perlu menerapkan kebijakan yang jelas mengenai pemanfaatan teknologi ini. Salah satu langkah strategis adalah menetapkan pedoman etis dalam penggunaan AI, yang mengatur batasan serta tanggung jawab mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi ini. Menurut panduan yang diterbitkan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Tinggi, AI harus digunakan secara bijak agar tetap menjaga integritas akademik dan pengembangan keterampilan berpikir kritis (Indonesia.go.id,n.d). Dengan adanya pedoman ini, mahasiswa tidak hanya memanfaatkan AI sebagai alat bantu dalam pencarian informasi, tetapi juga tetap dituntut untuk melakukan analisis mendalam serta refleksi kritis dalam proses pembelajaran mereka.

Selain itu, pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan AI dan kreativitas menjadi solusi penting dalam menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan pemikiran mandiri. Institusi pendidikan dapat merancang mata kuliah yang tidak hanya mengajarkan cara menggunakan AI secara teknis, tetapi juga menekankan evaluasi kritis terhadap hasil yang dihasilkan oleh AI. Terakhir, pelatihan keterampilan berpikir kritis dan evaluasi AI menjadi solusi jangka panjang yang harus diterapkan di perguruan tinggi. Mahasiswa harus diberikan pemahaman tentang potensi dan keterbatasan AI, termasuk bagaimana teknologi ini dapat memberikan bias atau menghasilkan informasi yang kurang akurat. 





Referensi

Azzuhri, A. (2023, February 16). Dilema Kecerdasan Buatan, antara Kreativitas dan Efisiensi Produksi Ilmu. kompas.id. Diakses pada 14 Maret 2025 https://www.kompas.id/baca/opini/2023/02/14/dilema-kecerdasan-buatan-antara-kreativitas-dan-efisiensi-produksi-ilmu/?utm_source

Cholvistaria, M., & Gunawan, A. (2025). Pengaruh artificial intelligence (AI) terhadap Berpikir Kritis Mahasiswa. POACE: Jurnal Program Studi Adminitrasi Pendidikan, 5(1), 1-8.

CNNIndonesia. (2024, October 30). Apakah keseringan pakai AI bikin orang malas berpikir? Teknologi. Diakses pada 14 Maret 2025 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20241030141040-185-1161205/apakah-keseringan-pakai-ai-bikin-orang-malas-berpikir

Hartanto, A. Y., Susanty, F., & Rohmah, F. N. (2024, May 31). Makin Marak Siswa Pakai AI untuk Mengerjakan Tugas. tirto.id. Di akses pada 14 Maret 2025 https://tirto.id/penggunaan-ai-di-dunia-pendidikan-makin-marak-dan-merata-gZax?utm_source

Indonesia.go.id - Yuk Unduh Panduan Digital Resmi Pemakaian GenAI di Kampus. (n.d.). https://indonesia.go.id/kategori/pendidikan/8735/yuk-unduh-panduan-digital-resmi-pemakaian-genai-di-kampus?lang=1&utm_source

Pratama, A. (2024, May 8). AI di Perkuliahan: Membantu atau “Mem-buntukan”Mahasiswa? Fakultas Teknologi Maju Dan Multidisiplin | Universitas Airlangga. https://ftmm.unair.ac.id/ai-di-perkuliahan-membantu-atau-mem-buntukan-mahasiswa/?utm_source

Refo. (2023, July 28). Artificial Intelligence (AI): Etika dan Implementasinya dalam Pendidikan - REFO. REFO. Diakses pada 14 Maret 2025 https://www.refoindonesia.com/en/artificial-intelligence-ai-etika-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-2/?utm_source

Runco, M. A., & Jaeger, G. J. (2012). The standard definition of creativity. Creativity research journal, 24(1), 92-96.

Salsabilla, K. a. Z., Hadi, N. T. D. F., Pratiwi, N. W., & Mukaromah, N. S. (2023). PENGARUH PENGGUNAAN KECERDASAN BUATAN TERHADAP MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Sistem Informasi, 3(1), 168–175. https://doi.org/10.33005/sitasi.v3i1.371

Zhong, T., Zhu, G., Lim, K. Y., & Ong, Y. S. (2024, November 29). Generative AI as a tool or leader? Exploring AI-Augmented Thinking in student Programming tasks. arXiv.org. https://arxiv.org/abs/2411.19490

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indi Ratugenuita

Sebagai mahasiswa S1 Hubungan Internasional dengan antusiasme tinggi terhadap isu-isu global, diplomasi, dan kerja sama internasional. Saya memiliki ketertarikan mendalam pada ekonomi global, sosial-budaya, serta peran organisasi internasional dalam menyelesaikan tantangan dunia. Dengan kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin tahu yang besar, saya aktif dalam kegiatan akademik untuk memperluas wawasan serta memahami dinamika hubungan antarnegara.

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler